Rawatan Zahir - Berkaitan Penyakit Tubuh Badan Seperti Penyakit Kencing Manis ,Darah Tinggi ,Jantung ,Gaut ,Lumpuh,Saraf Dan Lain2 Rawatan Batin - Rawatan Santau,Rawatan Sihir,Rawatan Buang Saka,Rawatan Buang Ilmu Salah Dan Lain-Lain Berkaitan Alam Ghaib Semua penyakit ada penawarnya kecuali maut...
Saturday, 28 July 2012
Sejarah dan Keajaiban Bulan Ramadhan
Romadhan berasal dari bahasa Arab (ر م ض ن) yang berarti sangat panas atau kering kerontang. Memang, bulan ramadhan itu sebelumnya hanya dikenal oleh orang-orang Arab, sehingga lebih populer di tanah Arab. Memang, bangsa Arab dikenal panas dan kering, sejak dulu hingga sekarang. Hanya saja, saat ini sudah mulai ada rebboisasi, sehingga mulai terlihat ijo royo-royo disepanjang jalan. Hampir dipastikan negeri Arab yang dikenal panas, gersang, dan tandus mulai berubah seiring dengan majunya tehnologi modern.
Asal kalimat Romadhan adalah (رم ض ), kemudian ditambah hurf Alif dan Nun (الألف والنون ) yang berarti (sangat) panas. Di dalam kaidah bahasa Arab, jika sebuah kalimat di akhiri dengan ‘(الألف والنون ) bisa berarti sangat. Seperti, الرحمن berarti sangat penyayang, غضبان yang berarti (sangat marah), جوعان yang berarti (sangat lapar), dan عطشان yang berarti (sangat haus). Di dalam percakapan, jika orang Arab merasa sangat lapar, ia hanya mengucapkan’’ جوعان ‘’.
Bangsa Arab pada waktu itu mengikuti penghitungan hari Babylonia (Irak sekarang). Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke Sembilan (ramadhan) selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang, batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang dari pada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadhan, bulan dengan panas yang menghanguskan.
Saat ini masih bisa dirasakan, ketika bulan puasa masuk musim panas, terasa sekali panjanngya waktu berbuasa. Disebagian daerah ada yang melaksanakan puasa hingga 16 jam. Sungguh, ini sangat melelahkan bagi mereka yang sedang berpuasa. Bahkan, diberbagai daerah panas, siang terasa lebih panjang dari pada malamnya. Berbeda dengan kondisi daerah Asia tenggara, seperti Indonesia, Brunai, Malaysia, dan Pilipina.
Masih terkait dengan epistimologi Ramdhan, setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami ‘panas’nya Ramadhan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa.[1]
Yang membedakan bulan Romadhan dengan bulan lainnya yaitu kewajiban melakukan berpuasa. Dimana kewajiban puasa ini sudah menjadi tradisi orang-orang terdahulu (para nabi dan utusan). Sedangkan tujuan ahir (al-Ghoyah) Allah SWT memerintahkan puasa ialah agar meraih derajat paling tinggi (taqwa) (Q.S al-Baqarah (2:183). Karakteristik orang-orang bertaqwa ialah melaksanakan perintah Allah dengan sebaik-baiknya tanpa mengeluh, dan berusaha sekuat tenaga menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan puasa adalah salah satu proses menuju makom ke-taqwaan. Adakalanya yang sukses, dan adakalanya yang masih tahap pertama.
Memang tidak dipungkiri, hampir setiap bulan Nabi Saw tidak pernah meninggalkan puasa sunnah, akan tetapi tidak ada puasa yang dilakukan sebulan penuh, kecuali puasa bulan Romadhan. Nabi Saw benar-benar menjalan puasa dengan sebaik-baiknya, entah wajiab (ramadhan) atau sunnah. Beliau-lah yang paling taqwa, karena beliau benar-benar melalui proses dan tahap yang berliku, sehinga mencapai derajat orang yang sempurna ketaqwaanya kepada-Nya.
Puasa Romadhan ditetapkan pada tahun kedua hijriyah,[2] dan hukumnya wajib bagi setiap orang muslim, baligh, berakal, serta mampu (kuat) untuk melakukan puasa.[3] Sedangkan pahala ibadah puasa, secara khusus Allah sendiri yang akan membalasnya. Sebagimana keterangan hadis Nabi yang berbunyi’’ semua amal ibadah anak Adam untuknya, kecuali puasa hanya untukku, dan aku sendiri yang akan membalasnya’’[4].
Puasa merupakan ibadah yang bertujuan mengekang nafsu manusia dari segala keseneangan dan kelezatan duniawi. Orang baru dikatakan ber-pusa, jika telah mampu mengekang segala nafsu (kesenangan-kesenangan) dirinya. Seperti mengekang panca indera dari ke-senangan dan kenikmatan duniwi). Dan semua semua itu dilakukan, karena semata-mata taat dan tunduk kepada-Nya, serta mengikuti apa yang di-anjurkan oleh Nabi Saw. Siang hari menahan diri dari perbuatan maksiat, dan memasuki malam hari menghidupkannya dengan qiyam (sholat malam), membaca al-Qur’an, serta merenungi kebesaran-Nya. Jika manusia yang menyatakan dirinya beriman kepada-Nya, melaksanakan puasa bulan suci ramadhan. Akan tetapi masih menodahi lisan dengan berbicara kotor, ngarasi, gossip, menfitnah, ghibah, namimah, angkuh, sombong. Kemudian prilaku (tindakan) masih sering menyakitkan tetangga, kerabat, serta mitra kerjanya. Maka, orang ini termasuk merugi.
Ternyata, tidak sedikit politisi yang mengumbar pernyataan yang tidak seharusnya dikeluarkan. Tidak sedikit juga para pedagang yang suka ngutil (ngentit) dalam istilah agama disebut dengan ‘’riba’’. Padahal, menurut Nabi sekecil-kecilnya dosa riba ialah bagaikan seorang anak lelaki menikahi ibunya sendiri. Stasion telivisi juga tidak sungkan-sngkan menodahi bulan sacral ini dengan tayangan gossip nasioanal, sementara tayangan itu disuguhkan pada pemirsa yang sedang menunaikan ibadah puasa. Suatu keitika Nabi naik mimbar di masjid Nabawi, ketika kaki kanan beliau menaiki tangga pertama, beliau mengucap ‘’amin’’. Setelah turun dari mimbar, Nabi ditanya oleh para sahabat. Wahai Nabi, kenapa engaku mengucapkan ‘’amiin’’, padahal tidak ada satupun orang yang berdo’a.
Siapakah gerangan, yang berdo’a ketika engkau sedang menaiki tangga pertama? Nabi menjawab;’’ ketika aku menaiki tangga pertama, tiba-tiba jibril datang seraya berdo’a yang artinya:’’ celaka sekali mereka yang mendapatkan bulan suci ramadhan, akan tetapi ia tidak mendapatkan pengampunan’’ (H.R al-Hakim). Inilah yang perlu direnugi, memasuki bulan suci ramadhan, ternyata masih banyak orang-orang yang mengaku islam, akan tetapi mereka masih suka menodai agamanya sendiri, bahkan menodai kesucian bulan sacral ramadhan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment